Minggu, 17 Juni 2012


TIDAK PATUT DITIRU


Sebenarnya ini bukan kisah inspiratif, tapi cerita norak yang tidak patut ditiru. Tapi bolehlah saya ceritakan disini supaya tidak ditiru atau dilakukan orang lain. Artinya jangan sekalipun pernah ingin mencobanya.

Ini adalah cerita saya sendiri ketika sedang di Australia, tepatnya di kota Melbourne. Kota yang paling layak dihuni menurut hasil survei Global Liveability Report dari The Economist Intelligence Unit yang saya ketahui dari halaman www.eiu.com, Selasa, 27 Desember 2011. Melbourne menjadi nomer satu karena kota ini unggul disemua sektor seperti stabilitas, layanan kesehatan, budaya dan lingkungan, pendidikan, transportasi dan infrastruktur.

Ceritanya sebenarnya sudah lama, tahun 2001, tapi waktu itu Melbourne sudah nyaman untuk ditinggali malah selalu menjadi top 10 kota paling nyaman ditinggali. Waktu itu saya baru lulus kuliah di Arsitektur ITS dan kebetulan ITS berbaik hati mengirim saya ke kota ini untuk magang kerja dan mengikuti kursus. Saya tinggal di sebuah rumah kecil yang lokasi agak jauh dari pusat kota Melbourne. Jadi setiap hari saya harus naik kereta api ke kota dan kemudian lanjut dengan tram. Saya membeli tiket bulanan untuk dua moda transportasi tersebut. Artinya satu tiket tersebut bisa saya gunakan kemana-mana ke seluruh Melbourne yang valid digunakan baik itu Train (KA) maupun Tram. Bentuknya seperti kartu voucher pulsa terbuat dari kertas dan ada semacam chip tipis bergaris hitam dibagian belakang yang digunakan untuk menyimpan data. Jadi dengan kartu ajaib ini saya bisa kemana mana tanpa perlu repot-repot nelpon temen buat dijemput,...hehehehe.

Dari tempat tinggal saya, ada sebuah stasiun kecil tempat saya mengawali setiap perjalanan saya disini. Rasanya disini setiap 4 km ada stasiun kecilnya. Stasiun ini bentuknya sebenarnya sederhana saja. Ya mungkin hampir sama seperti stasiun-stasiun kereta di Jakarta tapi tanpa sampah dan asongan tentunya. Bersih dan teratur. Dan yang lucu, karena tiap hari saya ‘berkunjung’ distasiun ini, saya belum pernah melihat seorangpun petugas yang bertugas distasiun ini. Mungkin ada, tapi saya tidak pernah melihatnya. Yang pasti tidak ada petugas penjaga peron, karena tiket kereta, baik yang daily (harian), weekly, maupun montly, bisa kita beli di toko-toko kayak indomart seperti kita beli pulsa gitu.

Nah, disini awal kejadiannya. Didepan pintu masuk stasiun, ada mesin tiket yang ada portal buka tutupnya setinggi paha orang dewasa. Mungkin sekitar 1 meter dari lantai. Jika kita memasukkan kartu tiket tadi kedalam mesin tiket, maka otomatis portal akan terbuka dan kita bisa masuk kedalam, tunggu kereta, kereta datang, kita naik, lalu duduk manis dan nikmati perjalanan.

Saya berpikir (maklum, masih nakal waktu itu), kok sistemnya sederhana sekali ya. SEANDAINYA SAYA TIDAK PUNYA TIKET PUN SAYA BISA NAIK KERETA DAN PERGI KEMANA-MANA KARENA DIDALAM KERETA TIDAK ADA KONDEKTUR YANG AKAN MEMERIKSA KARCIS KITA. (sengaja saya bikin kapital semua hurufnya, agar tidak ada yang mengulangi orang yang berpikir sama dengan saya, hehehehe).

Lalu karena penasaran, saya suatu hari saya ingin mencoba sesuatu yang bisa disebut vandalisme. (sekali lagi, jangan ditiru ya). Begitu sampai di stasiun, didepan mesin tiket, SAYA TIDAK MEMASUKKAN KARTU TIKET SAYA KEDALAM MESIN. Saya langsung lompat saja, toh dengan tinggi badan saya yang 176 cm dan kaki saya panjang, portal yang hanya setinggi 1 meter itu mudah saya lompati. Selain itu juga tidak ada petugas yang berjaga disana. (entah waktu itu sudah ada CCTV atau belum,..hihihihi).

Setelah berhasil masuk, saya bersiul-siul gembira,....(pikir saya,..ah cuman segitu aja sistemnya, gak canggih – canggih amat nih, karena orang masih bisa masuk stasiun tanpa perlu memasukkan kartu tiket ke mesin portal,......-first judgement-). Lalu kereta datang dan saya masuk kedalam. Saya cari tetmpat duduk yang nyaman. Kereta berangkat dan selama perjalanan tidak ada kondektur yang memeriksa saya. Kemudian kereta berhenti di Flinder Station tempat tujuan saya. Saya keluar dari kereta dengan langkah mantab karena “rekam jejak kejahatan’ saya (belum) ada yang mengetahui. (pikir saya,...tuh kan,....sistemnya berhasil diakalin, ngapain beli tiket kalo bisa lompat portal,.....-second judgement-).

Lalu saya menuju hall besar tempat pintu keluar. Stasiun Flinder ini adalah salah satu stasiun besar di Melbourne, jadi orangnya banyak, dan riuh dengan bunyi sepatu yang melangkah tergesa menuju pintu keluar. Beda dengan stasiun saya berangkat tadi yang sepi, disini banyak polisi dan banyak loket penjualan tiket juga. Lalu saya dengan penuh keyakinan menuju pintu keluar. Dipintu keluar ini, juga terdapat mesin tiket yang berportal dimana saya harus memasukkan tiket saya kedalam mesin tersebut, dan portal akan terbuka.

Nah,...disinilah bencana terjadi, Karena disini banyak orang dan banyak polisi, tentunya saya tidak berani lompat portal. Mau tidak mau saya harus memasukkan kartu tiket saya kedalam mesin portal. Begitu kartu tiket saya masukkan, saya terkejut karena, kartu tidak mau masuk,...berkali-kali saya masukkan kartu tetep gak mau masuk, padahal kartu ini baru saja saya beli seminggu yang lalu, jadi masih valid karena merupakan kartu bulanan. Keringat sebesar biji jagung mulai deras mengucur dari wajah saya karena antrian menunggu saya keluar sudah mulai mengular. Udah mulai ada teriak teriak nyuruh saya segera keluar. Saya bertambah gemetar karena ada 2 polisi yang mendatangi saya. Lalu,.........Ditangkaplah saya ndan kemudian diseret di ruang interograsi.

Kalimat pertama yang keluar diruang interograsi sungguh menyakitkan, “you must be from Indonesia”. Duh,..malunya,...membuat citra buruk Indonesia aja nih. Lalu dia menerangkan kalo saya tadi pasti tidak memasukkan kartu kedalam mesin tiket,....”LOH,..kok tahu?”. Lalu dia menjelaskan lagi kalo,.didalam kartu saya tersebut menyimpan informasi, kapan saya masuk stasiun, kapan saya keluar. Jadi kalo saya tidak memasukkan kartu ke stasiun keberangkatan maka saya dapat dipastikan saya tidak akan dapat keluar dari stasiun manapun. Betapa malunya saya waktu itu, yang menginterigrasi polisi cewek, muda,cantik pula. Lalu dia berkata kalo kali ini dia akan memaafkan saya,.Lain kali kalo saya melakukan lagi,..dia akan memenjarakan saya. Lalu saya jawab “ ya deh mbak, saya minta maap. Janji deh saya gak ngulangin lagi,..hehehehe”. Lalu dia gesek kartu saya kedalam sebuah mesin, lalu dia berikan kepada saya. Saya keluar ruangan lalu memasukkan kartu ke mesin portal lalu “ajaib”,....mesin portal terbuka. Saya keluar stasiun dengan penuh penyesalan. Hehehee.

Hikmah yang saya petik adalah Kadang-kadang untuk mengetahui sebuah sistem tertentu berkerja dengan baik, kita harus membuatnya jika tidak bekerja. Jika ingin tahu peraturan itu bekerja dengan baik, kita harus melanggarnya. Artinya kita akan tahu sistem atau peraturan itui bekerja dengan baik setelah kita tahu jika kita tidak mematuhinya. NGGAK PENTING YA,...sudahlah...lupakan saja :)

1 komentar: