Minggu, 17 Juni 2012

Komponen dasar bimbingan konseling


Komponen dasar bimbingan konseling

Komponen adalah bentuk atau bagian, jadi komponen dasar bimbingan dan konseling adalah apa saja yang menjadi dasar dari bimbingan dan bimbingan konseling itu sendiri, sehingga dalam prosesnya akan berjalan sebagaimana mestinya. Yang ternasuk komponen dasar konseling yaitu :
1. Konselor
Konselor sebagai suatu propesi menolong memiliki peran-peran yang penting dalam kehidupan.propesi ini merupakan salah satu dari propesi-propesi lain yang tugasnya adalah memberikan bantuan kepada seseorang atau kelompok untuk memecahkan suatu masalah, baik masalah keluarga atau masalah dengan lingkungan sekitar. Oleh karena itu, tantangan bagi konselor agar dapat melaksanakan tugas dan kewajibannya untuk membantu seseorang ataupun kelompok harus memiliki criteria-kriteria tertentu yaitu sebagai berikut :
a. Syarat menjadi konselor
1. Memiliki latar belakang pendidikan yang berkaitan dengan konseling dan juga mengikuti program propesi yang di selenggarakan disalah satu unuversitas.
2. Konselor hendaklah orang yang beragama dan mengamalkan dengan baik keimanan dan ketakwaannya sesuai dengan agama yang di anutnya.
3. Konselor sedapat-dapatnya mampu mentransfer kaidah-kaidah agama secara garis besar yang relevan dengan masalah klien.
b. Kompetensi konselor
1. Kompetensi pedagonis yang didalamnya terdapat beberapa hal di antaranya adalah sebagai berikut :
a. Menguasai teori dan praktik pendidikan.
b. Mengaplikasikan perkembangan fisiologis dan psikologis serta prilaku konseling.
c. Menguasai esensi pelayanan bimbingan dan konseling dalam jalur, jenis, dan jenjang satuan pendidikan.
2. Kompetensi kepribadian
Kompetensi yang di miliki konselor adalah sebagai berikut :
a. Beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa.
b. Menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, individualitas, dan kebebasan memilih.
c. Menunjukan integritas dan stabilitas kepribadian yang kuat
d. Menampilkan kinerja berkualitas tinggi.





3. Kompetensi social
a. Mengimplementasikan kolaborasi internal di tempat kerja.
b. Berperan dalam organisasi dan kegiatan profesi bimbingan dan konseling.
c. Mengimplementasikan kolaborasi antar propesi.
4. Kompetensi professional
Konselor harus memiliki kompetensi professional seperti berikut :
a. Menguasai konsep dan praktis asemen untuk memahami kondisi, kebutuhan, dan masalah konseling.
b. Menguasai kerangka teoritis dan praktis bimbingan dan konseling.
c. Merancang program bimbingan dan konseling.
d. Mengimplementasikan program bimbingan dan konseling yang komprehensif.
e. Menilai proses dan hasil kegiatan bimbingan dan konseling
f. Memiliki kesadaran dan komitmen terhadap etika propesional.
g. Menguasai konsep dan praktis penelitian dalam bimbingan dan konseling.
Dalam buku penataan pendidikan propesional konselor dan layanan bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal yang di terbitkan oleh depdiknas tahun 2008 disebutkan juga dua komponen sosok utuh kompetensi konselor. Yaitu kompetensi akademik konselor dan kompetensi professional konselor.
1. Kompetensi akademik konselor.
a. Mengenal secara mendalam klien yang hendak dilayani.
b. Menguasai khazanah teoritis dan procedural termasuk teknologi dalam bimbingan konseling.
- Menguasai secara akademis, teori, prinsip, teknik dan prosedur, serta sarana yang digunakan dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling.
- Mengemas teori, prinsip, dan prosedur serta sarana bimbingan dan konseling sebagai pendekatan,prinsip teknik, dan prosedur dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling yang memandirikan.
c. Menyelengarakan layanan ahli bimbingan dan konseling yang memendirikan.
- Merancang kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling.
- Mengimplementasikan kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling.
- Menilai proses dan hasil kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling serta melakukan penyesuaian-penyesuaian (midcouese anjustment) berdasarkan keputusan transaksional selama rentang proses bimbingan dan konseling dalam rangka memandirikan konseling.
d. Mengembangkan profsionalitas sebagai konselor secara berkelanjutan.


2. Kompetensi peofesional konselor
Penguasaan kompetensi propesional konselor di peroleh melalui penerapan kompetensi akademik dalam bimbingan dan konseling yang telah di kuasai pada tahap pendidikan akademik dijenjang S-1 bimbingan dan konseling dalam latihan yang sistematis serta beragam situasinya dalam konteks otentik dilapangan,yang dikemas sebagai pendidikan profsi konselor, yang diselengarakan dibawah penyelesaian konselor senior yang bertindak sebagai pembimbing atau supervisor. Pendidikan profesi konselor merupakan wahana untuk peletakan landasan kemampuan serta kebiasaan untuk mengembangkan profesionalitas secara berkelanjutan.

C .profil konselor
konselor adalah seorang terapis sehingga dia menjadi model terhadap kepedulian dan membantu pertumbuhan klien-kliennya. Adapun hal-hal yang perlu di miliki seorang konselor adalah sebagai berikut :
1. Identitas dari seorang konselor. Artinya bahwa seorang konselor harus memahami siapa dirinya, apa kemampuan yang dimiliki, apa yang diinginkan dalam hidup, dan apa yang dianggap penting. Konselor harus memiliki penguasaan dan kemampuan dalam berbagai teori mengenai konseling. Ini bertujuan agar dapat memberikan bantuan kepada seseorang ataupun kelompok.
2. Respek dan menghargai dirinya sendiri. Artinya konselor dapat memberikan bantuan, cinta, harga diri, dan kekuatan untuk diri sendiri.
3. Konselor mampu mengakui dan menerima kekuatan yang ada pada dirinya. Artinya konselor merasa mampu bahwa orang lain dapat merasakan kekuatannya, dan menggunakan kekuatannya untuk membantu klien.
4. Konselor mampu untuk bertoleransi terhadap perbedaan. Artinya konselor menyadari bahwa setiap individu berbeda dan dapat dipercaya.
5. Konselor mampu mengembangkan gaya dan cara dalam memberikan konseling. Artinya setiap konselor memiliki kekhasan dalam mengekpresikan serta dapat mengembangkan ide dan teknik-teknik yang ada.
6. Semangat hidup. Artinya konselor memiliki keaktifan dan memandang positif kehidupan, dan energy.
7. Asli, tulus, dan jujur. Artinya konselor tidak bersembunyi dibalik topeng, membela diri, peran yang kaku, dan menutupi kelemahan.
8. Konselor memiliki sence of humor. Artinya konselor mampu menempatkan kehidupannya dan menyadari bahwa mereka perlu tetap ceria.
9. Konselor mengakui bila berbuat salah. Artinya sebagai manusia, konselorpun tidak luput dari berbuat salah.
10. Konselor menghargai perbedaan budaya. Artinya menghargai beragamnya budaya dan nilai-nilai yang diyakini oleh orang yang berbeda budaya.
D . peran seoranng konselor
1. Sebagai mediator
Sebagai mediator, konselor akan menghadapi beragam klien yang memiliki perbedaan, budaya, nilai-nilai, agama serta keyakinan.
2. Sebagai penasehat dan pembimbinng. Peran konselor sebagai pembimbing dan penasehat adalah sebagai berikut :
a. Konselor memberikan bimbingan atau tuntunan kepada klien sesuai dengan masalah yang dihadapi keluarga tersebut. Oleh karena itu seorang konselor harus memilki kematangan dalam kepribadian agar konselor dapat memandang suatu masalah yang sedang di tanganinya dengan dewasa dan bijaksana.
b. Konselor memberikan nasehat dengan cara membantu klien agar dapat melakukan Sesuatu yang baik untuk keluarganya atau dirinya dan menghindari hal-hal yang tidak sepantasnya di lakukan, baik oleh dirinya ataupun keluarganya. Serta dapat menyelesaikan masalahnya.

2 . klien
Klien yaitu orang yang membutuhkan bantuan atau pelayanan dari seseorang ahli guna mendapat jawaban atau solusi. sehingga ia tidak lagi bermasalah.
a. Tujuan klien
Tujuan klien yang datang menemui konselor bersumber dari ekpektasiklien mengenai masalah mendesak yang sedang dirisaukan oleh klien. Dengan demikian, yang dirisaukan oleh klien pada saat itu adalah “ bagaimana mengatasi gangguan ini “ atau bahkan klien tidak mengerti perasaannya dan apa yang dikehendakinya menemui konselor. Dengan kata lain, klien sering kali tidak memiliki tujuan-tujuan masa datang yang terumuskan secara jelas.
Perlu ditegaskan lagi bahwa para klien menghadiri konseling dengan ekpektasi-ekpektasi dan tujuan-tujuan khas dan beragam dari klien ke klien. Seperangkat ekpektasi dan tujuan itu mempengaruhi arah dan hasil konseling, dan menentukan apakah konseling berlanjut, atau perlu direfer, ataukah konseling diakhiri¸setelah konseling sesi pertama.


3. Teknik-teknik konseling
Yang di maksud dengan teknik konseling disini adalah cara-cara tertentu yang digunakan oleh seorang konselor dalam proses konseling untuk membantu klien agar berkembang potensinya serta mampu mengatasi masalah yang dihadapi dengan mempertimbangkan kondisi-kondisi lingkungannya yakni nilai-nilai social, budaya dan agama.dalam proses konseling, penguasaan terhadap teknik konseling akan merupakan kunci keberhasilanuntuk mencapai tujuan konseling. Seorang konselor yang efektif harus harus mampu merespon klien secara baik dan benar sesuai dengan klien pada saat itu. Respon-respon yang baik berupa pertanyaan-pertanyaan verbal dan nonverbal yang dapat menyentuh, merangsang, dan mendorong sehingga klien terbuka untuk menyatakan secara bebas perasaan, pikiran, dan pengalamannya.
Sebagai suatu proses, implementasi teknik-teknik konseling akan melalui beberapa tahap kegiatan. Tahap-tahap tersebut adalah :
1. Persiapan konseling
Dalam hal ini, ada tiga hal yang harus dilakukan oleh konselor untuk memulai proses konseling yaitu :
a. Kesiapan untuk konseling
Kesiapan untuk konseling tertuju kepada konselor atau kliennya. Setiap aktivitas yang berproses akan memerlukan persiapan yang matang. Tanpa persiapan konseling tidak akan dapat berjalan dengan efektif dan sangat mungkin tujuan konseling tidak tercapai.
Hal-hal yang berkenaan dengan kesiapan konseling terutama yang berhubungan dengan klien adalah :
1. Motivasi klien untuk memperoleh bantuan.
2. Pengetahuan klien tentang konseling.
3. Kecakapan tentang intelektual.
4. Tingkat tilikan terhadap masalah dengan dirinya sendiri.
5. Harapan-harapan terhadap peran konselor,
6. System pertahanan diri
Agar klien siap dalam mengikuti konseling, disarankan kepada konselor agar melakukan hal-hal sebagai berikut :
1. Memulai pembicaraan dengan berbagai pihak tentang berbagai topic masalah dan pelayanan konseling yang diberikan.
2. Menciptakan iklim kelembagaan yang kondusif sehingga merangsang klien untuk memperoleh bantuan.
3. Menghubungi sumber-sumber referral ( rujukan ) misalnya dari organisai, sekolah dan madrasah, guru dan sebagainya.
4. Memberikan informasi kepada klien tentang dirinya dan prospeknya,
5. Melalui proses pendidikan itu sendiri.
6. Melakukan survai terhadap masalah-masalah klien, dan
7. Melakukan orientasi pra konseling.

b. Riwayat kasus.
Riwayat kasus adalah suatu kumpulan harta yang sistematis tentang kehidupan klien skarang dan masa yang lalu. menurut surya riwayat kasus dapat dibuat dalam berbagai bentuk:
1. Riwayat koneling psikoterapeutik,yang lebih memusatkan pada masalah-masalah psikoterapeutik dan diproleh melalui wawancara konseling.
2. Catatan komulatif ( commulative record), yaitu suatu catatan tentang berbagai aspek yang menggambarkan perkembangan seseorang.
3. Biografi dan autobiografi.
4. Tulisan-tulisan yang dibuat sendiri oleh klien yang berkasus, sebagai dokumen pribadi
5. Grafik waktu tentang kehidupan klien yang berkasus.

c. Evaluasi psikodiagnostik
Secara umum diagnosis dalam bidang psikologi berarti pernyataan tentang masalah klien, perkiraan sebab-sebab kesulitan, kemungkinan teknik-teknik konseling untuk memecahkan masalah, dan memperkirakan hasil konseling dalam bentuk tingkah laku klien dimasa yang akan datang.

Surya menyarankan dalam proses konseling hendaknya berhati-hati menggunakan diagnosis denganpengertian diatas: sebab dapat menimbulkan bahaya sebagai berikut:
1. Data yang terbatas atau kurang memadai, padahal kehidupan klien sangat kompleks.
2. Konselor kurang memperhatikan keadaan tingkah laku klien sekarang.
3. Terlalu cepat menggunakan test
4. Hilangnya pemahaman terhadap individualitas atau keunikan system diri klien
5. Pengaruh sikap menilai dari konselor.

2. Teknik-teknik Melakukan Konseling

Proses konseling memerlukan teknik-teknik tertentu sehinggga konseling bisa berjalan secara efektif dan efisien atau berdaya guna dan berhasil guna.berikut ini diuraikan beberapa teknik dalam konseling.
a. Teknik rapport
Teknik rapport dalam konseling merupakan suatu kondisi saling memahami dan mengenal tujuan bersama .tujuan utama teknik ini adalah untuk menjembatani hubungan antara konselor dengan klien, sikap penerimaan dan minat yang mendalam terhadap klien dan masalahnya.melalui teknik ini akan tercipta hubungan yang akrab antara konselor dan kliennya yang ditandai dengan saling memperdayai.implementasi teknik rapport dalam konseling adalah:
1. Pemberian salam yang menyenangkan,
2. Menetapkan topic pembicaraan yang sesuai.
3. Susunan ruang konseling yang menyenangkan
4. Sikap yang ditandai dengan:
a. Kehangatan emosi
b. Realisasi tujuan bersama
c. Menjamin kerahasiaan klien
d. Kesadaran terhadap hakikat klien secara alamiah.
b. Prilaku attending
Attending merupakan upaya konselor menghampiri klien yang diwujudkan dalam bentuk prilaku seperti kontak mata,bahasa tubuh,dan bahasa lisan. Prilaku attending yang baik harus mengombinasikan ketiga aspek diatas sehingga akan memudahkan konselor untuk membuat klien terlibat pembicaraan dan terbuka. Prilaku attending yang baik akan dapat:
1. Untuk meningkatkan harga diri klien.
2. Menciptakan suasana yang aman dan akrab.
3. Mempermudah ekpresi perasaan klien dengan bebas.

c. Teknik structuring
Structuring adalah proses penetapan batasan konselor tentang hakikat, batas-batas dan tujuan proses konseling pada umumnya dan hubungan tertentu pada khususnya. Ada lima macam structuring dalam konseling yaitu:
1. Batas-batas waktu baik dalam satu individu maupun seluruh proses konseling.
2. Batas-batas tindakan baik konselor maupun klien
3. Batas-batas peranan konselor
4. Batas-batas proses atau prosedur, misalnya menyangkut waktu atau jadwal, berapa lama konseling akan dilakukan dan lain sebagainya
5. Structuring dalam nilai proses, misalnya menyangkut tahapan-tahapan yang harus ditempuh (dilalui), apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama proses konseling berlangsung.

d. Empati
Empati merupakan kemampuan konselor untuk mersakan apa yang dirasakan oleh klien, merasa dan berfikir bersama klien dan bukan untuk atau tentang klien. Empati dilakukan bersamaan dengan attending, karena tanpa attending tidak akan ada empati. Empati ada dua macam:
1. Empati primer (primary empathy), yaitu apabila konselor hanya memahami perasaan, pikiran, keinginan dan pengalaman klien dengan tujuan agar klien terlibat pembicaraan dan terbuka
2. Empati tingkat tinggi ( advanced accurate empathy),yaitu apabila kepahaman konselor terhadap perasaan, pikiran, keinginan, dan pengalaman klien lebih mendalam dan menyentuh klien karena konselor ikut dengan perasaan tersebut.

e. Refleksi perasaan
Refleksi perasaan merupakan suatu usaha konselor untuk menyatakan dalam bentuk kata-kata yang segar dan sikap yang diperlukan terhadap klien. Refleksi perasaan juga merupakan teknik penengah yang bermanfaat untuk digunakan setelah hubungan permulaan (tahap awal konseling) dilakukan dan sebelum pemberian informasi serta tahap interprepasi dimulai. Refleksi perasaan bias berwujud positif, negative, dan anbivalen.

Refleksi perasaan akan mengalami kesulitan apabila:
1. Streotipe dari konselor.
2. Konselor tidak dapat mengatur waktu sesi konseling.
3. Konselor tidak dapat memilih perasaan mana untuk direfleksikan.
4. Konselor tidak dapat mengetahui isi perasaan yang direfleksikan.
5. Konselor tidak dapat menemukan didalam perasaan.
6. Konselor menambah arti perasaan dan,
7. Konselor menggunakan bahasa kurang tepat.
Selanjutnya, menurut surya, manfaat refleksi perasaan dalam proses konseling adalah:
1. Membantu klien untuk merasa dipahami secara mendalam,
2. Klien merasa bahwa perasaan menyebabkan tingkah laku
3. Memuasatkan evaluasi pada klien
4. Member kekuatan untuk memilih
5. Memperjelas cara berpikir klien dan,
6. Menguji kedalaman motive-motive klien

f. Teknik eksplorasi
Eksplorasi merupakan ketrampilan konselor untuk menggali perasaan, pengalaman, dan pikiran klien. Teknik ini dalam konseling sangat penting karena umumnya klien tidak ma uterus terang(tertutup, menyimpan rahasia bathin, menutup diri atau tidak mampu mengemukakannya secara terus terang. Eksplorasi memungkinkan klien untuk bebas berbicara tanpa rasa takut, tertekan, dan terancam. Eksplorasi ada tiga macam:
1. Eksplorasi perasaan
2. Eksplorasi pikiran
3. Eksplorasi pengalaman.

g. Teknik paraphrasing ( menangkap pesan utama )
Untuk dapat melakukan paraphrasing yang baik, konselor harus:
1. Menggunakan kata-kata yang mudah dan sederhana
2. Dengan teliti mendengarkan pesan utama pembicaraan klien.
3. Menyatakan kembali dengan ringkas
4. Amati respon klien terhadap konselor. Dalam proses konseling paraphrasing misalnya ketika klien (ki) mengatakan: biasanya si A selalu senang dengan saya, tetapi entah kenapa dia memusuhi saya. Mendengar perkataan tersebut konselor atau ko mengatakan: apakah yang anda maksudkan adalah si A tidak konsisten.

h. Teknik bertanya
Teknik bertanya ada dua macam, yaitu bertanya terbuka (open question) dan bertanya tertutup (closed question). Pada pertanyaan terbuka, klien bebas memberikan jawabannya, sedangkan pada pertanyaan tertutup telah menggambarkan alternative jawabannya misalnya jawaban ya atau tidak, setuju atau tidak dan lain sebagainya.

i. Dorongan minimal (minimal encouragement)
Dalam proses konseling, konselor harus mengupayakan agar klien selalu terlibat dalam pembicaraan. Untuk itu konselor harus mampu memberikan dorongan minimal kepada klien, yaitu suatu dorongan langsung yang singkat terhadap apa yang telah dikatakan klien. Teknik ini memungkinkan klien untuk terusberbicara dan dapat mengarahkan agar pembicaraan mencapai tujuan.

j. Interpretasi
Interpretasi merupakan usaha konselor mengulas pikiran, perasaan dn prilaku atau pengalaman klien berdasarkan teori-teori tertentu. Tujuan utama teknik ini adalah untuk memberikan rujukan, pandangan atau tingkah laku klien, agar klien mengerti dan berubah melalui pemahaman dari hasil rujukan baru.

k. Teknik mengarahkan (directing)
Upaya konselor mengarahkan klien dapat dilakukan dengan menyuruh klien memerankan Sesuatu (bermain peran) atau menghayalkan sesuatu.

l. Teknik menyimpulkan sementara (summarizing)
Membuat kesimpulan bersama perlu dilakukan agar klien memiliki pemahaman dan kesadaran bahwa keputusan tentang dirinya menjadi tanggung jawab klien, sedangkan konselor hanya membantu. Kapan suatu pembicaraan akan disimpulkan bias ditetapkan sendiri oleh konselor atau bias tergantung kepada felling konselor.
Tujuan utama menyimpulkan sementara ( summarizing ) adalah:
1. Memberikan kesempatan kepada klien untuk mengambil kilas balik ( feedback ) dari hal-hal yang telah dibicarakan bersama konselor.
2. Untuk menyimpulkan kemajuan hasil pembicaraan secara bertahap.
3. Untuk meningkatkan kualitas kemampuan diri
4. Mempertajam atau memperjelas focus atau arah wawancara konseling.

m. Teknik-teknik memimpin
Agar wawancara konseling tidak menyimpang ( pembicaraan terfokus pada masalah yang dibicarakan ) konselor harus mampu memimpin arah pembicaraan sehingga tujuan konseling bisa tercapai secara efektif dan efisien.

n. Teknik focus
Konselor yang efektif harus mampu membuat focus melalui perhatiannya yang terseleksi terhadap pembicaraan dengan klien ( wawancara konseling ).

o. Teknik konfrontasi
Teknik ini dalam konseling dikenal juga dengan “ memperhadapkan “. Teknik konfrontasi adalah suatu teknik yang menantang klien untuk melihat adanya inkonsistensi ( tidak konsisten ) antara perkataan dengan perbuatan, ide awal dengan ide berikutnya, senyum dengan kepedihan. Misalnya klien menceritakan hal-hal yang sedih tetapi sambil tertawa dan tersenyum gembira.

p. Menjernihkan ( clarifying )
Dalam konseling, teknik dilakukan oleh konselor dengan mengklarifikasi ucapan-ucapan klien yang tidak jelas, salah samar, atau agak meragukan. Tujuan teknik ini adalah :
1. Mengundang klien untuk menyatakan pesannya secara jelas, ungkapan kata-kata yang tegas, dengan alasan-alasan yang logis
2. Agar klien menjelaskan, mengulang dan mengilustrasikan perasaannya. Dalam konseling, misalnya klien mengatakan: “konflik yang terjadi dirumah membuat saya bingung dan stres “. Saya tidak mengerti siapa yang menjadi pemimpin dirumah itu. Selanjutnya konselor mengatakan “ biasakah anda menjelaskan persoalan pokoknya ? misalnya peran ayah, peran ibu, atau saudara-saudara anda.

q. Memudahkan ( facilitating ).
Facilitating adalah suatu teknik membuka komunikasi agar klien dengan mudah berbicara dengan konselor dan menyatakan perasaan, pikiran, dan pengalamannya secara bebas.

r. Diam sebagai suatu teknik
Diam dalam konseling bisa dijadikan suatu teknik. Dalam konseling, diam bukan berarti tidak ada komunikasi. Komunikasi tetap ada, yaitu melalui prilaku nonverbal. Diam amat penting pada saat attending. Saat diam yang ideal dalam proses konseling adalah antara 5-10 detik.

s. Mengambil inisiatif
Penagmbilan inisiatif perlu dilakukan oleh konselor ketika klien kurang bersemangat untuk berbicara, lebih sering diam, dan kurang partisipatif. Konselor mengucapkan kata-kata yang mengajak klien untuk berinisiatif dalam menuntaskan diskusi.

t. Memberi nasihat
Dalam konseling, pemberian nasihat sebaiknya dilakukan apabila klien memintanya. Meskipun demikian, konselor tetap harus mempertimbangkanya, apakah pantas atau tidak memberikan nasihat.


u. Pemberian informasi
Apabila konselor tidak mengetahui suatu informasi, sedangkan klien memintanya, maka konselor harus secara jujur mengatakan tidak mengetahuinya. Sebaliknya apabila konselor mengetahui, sebaiknya diupayakan agar klien tetap mengusahakannya sendiri.

v. Merencanakan
Menjelang akhir sesi konseling, konselor harus membantu klien untuk dapat membuat rencana suatu program untuk action (melakukan tindakan sesuatu) guna memecahkan masalah yang dihadapinya.

w. Menyimpulkan
Pada akhir sesi konseling, bersama klien konselor membuet suatu kesimpulkan. Atau konselor membantu klien membuat suatu kesimpulan yang menyangkut hal:
1. Bagaimana keadaan perasaan klien saat ini terutama menyangkut kecemasannya akibat masalah yang dihadapinya.
2. Memantapkan rencana klien.
3. Pokok-pokok yang akan dibicarakan selanjutnya pada sesi berikut. Misalnya, menjelang waktu akan berakhir, konselor mengatakan:” apakah sudah dapat kita buat kesimpulan akhir pembicaraan kita ?

x. Teknik mengakhiri (menutup sesi konseling)
Mengakhiri sesi konseling merupakan suatu teknik dalam proses konseling. Untuk mengakhiri sesi konseling, dapat dilakukan konselor dengan cara:
1. Mengatakan waktu sudah habis.
2. Merangkum isi pembicaraan.
3. Menunjukan kepada pertemuan yang akan datang
4. Mengajak klien berdiri dengan isyarat gerak tangan.
5. Menunjukan catatan-catatan singkat hasil pembicaraan konseling.
6. Memberikan tugas-tugas tertentu kepada klien yang relevan dengan pokok pembicaraan apabila diperlukan.






DAFTAR PUSTAKA
Drs. Tohirin, Mpd, bimbingan konseling di sekolah dan di madrasah, PT grafindo persada, Jakarta, 2002
Fatchiah E. kertamuda, konseling pernikahan untuk keluarga, salemba humanika, 2009
Dr. fenti hikmawati, M.si, bimbingan konseling, PT raja grafindo persada. Jakarta 2010
Andi mappiare AT, pengantar konseling dan psikoterapi, PT raja grafindo persada, Jakarta 2008

2 komentar: